KESEHATAN
IBU DAN ANAK
Upaya kesehatan Ibu dan
Anak adalah upaya di bidang kesehatan
yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu
menyusui, bayi dan anak balita serta anak prasekolah.
Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA
merupakan upaya memfasilitasi masyarakat untuk membangun sistem kesiagaan
masyarakat dalam upaya mengatasi situasi gawat darurat dari aspek non klinis
terkait kehamilan dan persalinan
Sistem kesiagaan merupakan sistem
tolong-menolong, yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat, dalam hal
penggunaan alat transportasi/ komunikasi (telepon genggam, telpon rumah),
pendanaan, pendonor darah, pencatatan-pemantaun dan informasi KB.
Dalam pengertian ini tercakup pula
pendidikan kesehatan kepada masyarakat, pemuka masyarakat serta menambah
keterampilan para dukun bayi serta pembinaan kesehatan di taman
kanak-kanak.
Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan program kesehatan ibu dan
anak adalah tercapainya kemampuan hidup sehat melalui peningkatan derajat
kesehatan yang optimal bagi ibu dan keluarganya untuk atau mempercepat
pencapaian target Pembangunan
Kesehatan Indonesia yaitu Indonesia Sehat 2010, serta
meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang
optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatnya kemampuan ibu
(pengetahuan, sikap dan perilaku) dalam mengatasi kesehatan diri dan
keluarganya dengan menggunakan teknologi tepat guna dalam upaya pembinaan
kesehatan keluarga, Desa Wisma, penyelenggaraan Posyandu dan sebagainya.
b. Meningkatnya upaya pembinaan
kesehatan balita dan anak prasekolah secara mandiri di dalam lingkungan
keluarga, Desa Wisma, Posyandu dan Karang Balita, serta di sekolah TK.
c. Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan ibu
menyusui.
d. Meningkatnya mutu pelayanan
kesehatan bagi ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu menyusui, bayi dan anak
balita.
e. Meningkatnya kemampuan dan peran
serta masyarakat, keluarga dan seluruh anggotanya untuk mengatasi masalah
kesehatan ibu, balita, anak prasekolah, terutama melalui peningkatan peran ibu
dalam keluarganya.
Kegiatan
1. Pemeliharaan kesehatan ibu hamil
dan menyusui serta bayi, anak balita dan anak prasekolah.
2. Deteksi dini faktor resiko ibu
hamil.
4. Imunisasi Tetanus Toxoid 2 kali
pada ibu hamil serta BCG, DPT 3 kali, Polio 3 kali
dan campak 1 kali pada bayi.
5. Penyuluhan kesehatan meliputi
berbagai aspek dalam mencapai tujuan program KIA.
6. Pengobatan bagi ibu, bayi, anak
balita dan anak pra sekolah untuk macam-macam penyakit ringan.
7. Kunjungan rumah untuk mencari ibu
dan anak yang memerlukan pemeliharaan serta bayi-bayi yang lahir ditolong oleh
dukun selama periode neonatal (0-30 hari)
8. Pengawasan dan bimbingan kepada
taman kanak-kanak dan para dukun bayi serta
kader-kader kesehatan.
Sistem
kesiagaan di bidang KIA di tingkat masyarakat terdiri atas :
1. Sistem pencatatan-pemantauan
2. Sistem transportasi-komunikasi
3. Sistem pendanaan
4. Sistem pendonor darah
5. Sistem Informasi KB.
Proses Pemberdayaan Masyarakat
bidang KIA ini tidak hanya proses memfasilitasi masyarakat dalam pembentukan
sistem kesiagaan itu saja, tetapi juga merupakan proses fasilitasi yang terkait
dengan upaya perubahan perilaku, yaitu:
Upaya mobilisasi sosial untuk
menyiagakan masyarakat saat situasi gawat darurat,
khususnya untuk membantu ibu hamil saat bersalin.
2. Upaya untuk meningkatkan
partisipasi masyarakat dalam menurunkan angka kematian maternal.
3. Upaya untuk menggunakan
sumberdaya yang dimiliki oleh masyarakat dalam menolong perempuan saat hamil
dan persalinan.
4. Upaya untuk menciptakan perubahan
perilaku sehingga persalinan dibantu oleh tenaga kesehatan profesional.
5.Merupakan proses pemberdayaan
masyarakat sehingga mereka mampu mengatasi masalah mereka sendiri.
6. Upaya untuk melibatkan laki-laki
dalam mengatasi masalah kesehatan maternal.
7. Upaya untuk melibatkan semua
pemanggku kepentingan (stakeholders) dalam mengatasi masalah kesehatan.
Karena itu Pemberdayaan Masyarakat
bidang KIA ini berpijak pada konsep-konsep berikut
ini
Revitalisasi praktek-praktek
kebersamaan sosial dan nilai-nilai tolong menolong, untuk perempuan saat hamil
dan bersalin.
2. Merubah pandangan: persalinan
adalah urusan semua pihak, tidak hanya urusan perempuan.
3. Merubah pandangan: masalah
kesehatan tidak hanya tanggung jawab pemerintah tetapi merupakan masalah dan
tanggunjawab masyarakat.
4. Melibatan semua pemangku
kepentingan (stakeholders) di masyarakat.
5. Menggunakan pendekatan
partisipatif.
6. Melakukan aksi dan advokasi.
Siklus proses yang memberikan
masyarakat kesempatan untuk memahami kondisi mereka dan melakukan aksi dalam
mengatasi masalah mereka ini disebut dengan pendekatan belajar dan melakukan
aksi bersama secara partisipatif (Participatory Learning and Action -PLA).
Pendekatan ini tidak hanya memfasilitasi masyarakat untuk menggali dan
mengelola berbagai komponen, kekuatan-kekuatan dan perbedaan-perbedaan,
sehingga setiap orang memiliki pandangan yang sama tentang penyelesaian masalah
mereka, tetapi pendekatan ini juga merupakan proses mengorganisir masyarakat
sehingga mereka mampu untuk berpikir dan menganalisa dan melakukan aksi untuk
menyelesaikan masalah mereka. Ini adalah proses pemberdayaan masyarakat
sehingga mereka mampu melakukan aksi untuk meningkatkan kondisi mereka. Jadi,
ini merupakan proses dimana masyarakat merubah diri mereka secara individual
dan secara kolektif dan mereka menggunakan kekuatan yang mereka miliki dari
energi dan kekuatan mereka (Hartock, 1981).
Didalam konteks pembentukan sistem
kesiagaan, pertama-tama masyarakat perlu untuk memahami dan menganalisa kondisi
kesehatan mereka saat ini, seperti kondisi kesehatan ibu; kesehatan bayi baru
lahir, kesehatan bayi, pelayanan kesehatan, dan berbagai hubungan dan kekuasaan
yang memperngaruhi kondisi tersebut agar mereka mampu untuk melakukan aksi guna
memperbaiki kondisi tersebut berdasarkan analisa mereka tentang potensi yang
mereka miliki. Untuk memfasilitasi mereka agar berpikir, menganalisa dan
melakukan aksi, proses fasilitasi dan warga yang berperan melakukan fasilitasi
sangat diperlukan. Selain itu, warga yang berperan memfasilitasi masyarakatnya
membutuhkan pemahaman tidak hanya tentang konsep Pemberdayaan Masyarakat bidang
KIA tetapi juga membutuhkan pengetahuan dan keterampilan penggunaan metode dan
alat-alat partisipatif. Jadi, pendekatan yang diaplikasikan dalam Pemberdayaan
Masyarakat bidang KIA ini akan menentukan proses dan kegiatan berikutnya dalam
keseluruhan proses Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA ini.
Desa Siaga merupakan gambaran
masyarakat yang sadar, mau dan mampu untuk mencegah dan mengatasi berbagai
ancaman terhadap kesehatan masyarakat seperti kurang gizi, penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan
kejadian luar biasa, kejadian bencana, kecelakaan dan lain-lain dengan
memanfaatkan potensi setempat, secara gotong royong.
Selain sebagai upaya untuk lebih
mendekatkan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat, pengembangan Desa
Siaga juga mencakup upaya peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat
menghadapi masalah-masalah kesehatan, memandirikan masyarakat dalam
mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat. Inti dari kegiatan Desa Siaga
adalah memberdayakan masyarakat agar mau dan mampu untuk hidup sehat.
Memperhatikan tujuan dan ruang
lingkup pengembangan Desa Siaga tersebut, maka Pemberdayaan Masyarakat bidang
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan salah satu komponen yang penting dalam
pencapaian tujuan Desa Siaga dalam hal penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi.
Manajemen
Kegiatan KIA
Pemantauan kegiatan KIA dilaksanakan
melalui Pemantauan Wilayah Setempat – KIA
(PWS-KIA) dengan batasan :
Pemantauan Wilayah Setempat KIA
adalah alat untuk pengelolaan kegiatan KIA serta alat untuk motivasi dan
komunikasi kepada sektor lain yang terkait dan dipergunakan untuk pemantauan
program KIA secara teknis maupun non teknis.
Melalui PWS-KIA dikembangkan indikator-indikator
pemantauan teknis dan non teknis,
yaitu :
1. Indikator Pemantauan Teknis :
Indikator ini digunakan oleh para
pengelola program dalam lingkungan kesehatan yang
terdiri dari :
a. Indikator Akses
b. Indikator Cakupan Ibu Hamil
c. Indikator Cakupan Persalinan oleh
Tenaga Kesehatan
d. Indikator Penjaringan Dini Faktor
Resiko oleh Masyarakat
e. Indikator Penjaringan Faktor
resiko oleh Tenaga Kesehatan
f. Indikator Neonatal.
2. Indikator Pemantauan Non teknis :
Indikator ini dimaksudkan untuk motivasi
dan komunikasi kemajuan maupun masalah operasional kegiatan KIA kepada para
penguasa di wilayah, sehingga dimengerti dan mendapatkan bantuan sesuai
keperluan. Indikator-indikator ini dipergunakan dalam berbagai tingkat
administrasi, yaitu :
a.Indikator pemerataan pelayanan KIA
Untuk ini dipilih indikator AKSES
(jangkauan) dalam pemantauan secara teknis memodifikasinya menjadi indikator
pemerataan pelayanan yang lebih dimengerti oleh para penguasa wilayah.
b. Indikator efektivitas pelayanan
KIA :
Untuk ini dipilih cakupan (coverage)
dalam pemantauan secara teknis dengan memodifikasinya menjadi indikator
efektivitas program yang lebih dimengerti oleh para penguasa wilayah.
Kedua indikator tersebut harus
secara rutin dijabarkan per bulan, per desa serta dipergunakan dalam
pertemuan-pertemuan lintas sektoral untuk menunjukkan desa-desa mana yang masih
ketinggalan.
Pemantauan secara lintas sektoral
ini harus diikuti dengan suatu tindak lanjut yang jelas dari para penguasa
wilayah perihal : peningkatan penggerakan masyarakat serta penggalian sumber
daya setempat yang diperlukan.
Langganan:
Posting Komentar
0 komentar:
Posting Komentar