Sejarah Keluarga Berencana
Pelopor gerakan Keluarga Berencana (KB) di Indonesia adalah Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) yang didirikan di Jakarta tanggal 23 Desember 1957 dan diikuti sebagai badan hukum oleh Depkes tahun 1967 yang bergerak secara silent operation.
Dalam rangka membantu masyarakat yang memerlukan bantuan secara sukarela. Usaha Keluarga Berencana (KB) terus meningkat terutama setelah pidato pemimpin negara pada tanggal 16 Agustus 1967 dimana gerakan Keluarga Berencana (KB) di Indonesia memasuki era peralihan, jika selama orde lama, program gerakan Keluarga Berencana (KB) dilakukan oleh sekelompok tenaga sukarela yang beroperasi secara diam – diam karena pimpinan negara pada waktu itu anti kepada KB (Keluarga Berencana), maka dalam masa orde baru gerakan KB (Keluarga Berencana) diakui dan dimasukkan dalam program pemerintah.
Struktur organisasi program gerakan Keluarga Berencana (KB) juga mengalami perubahan tanggal 17 Oktober 1968, didirikan LKBN (Lembaga Keluarga Berencana Nasional) sebagai semi Pemerintah, kemudian pada tahun 1970 lembaga ini diganti menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional ) yang merupakan badan resmi pemerintah dan departemen dan bertanggung jawab penuh terhadap pelaksanaan program Keluarga Berencana (KB) di Indonesia, mewujudkan dihayatinya NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) (Mochtar , Rustam, 1998 : 251).
Pengertian Keluarga Berencana
1. Keluarga Berencana (KB)
Kelurga Berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah anak dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi (Mochtar, Rustam, 1998 : 155).
Keluarga Berencana menurut WHO (Word Health Organization) Expert Committee 1970 adalah tindakan membantu individu atau pasangan suami istri untuk :
- Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan.
- Mendapat kelahiran yang memang diinginkan.
- Mengatur interval diantara kehamilan.
- Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungannya dengan umur suami istri.
- Menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hartanto, Hanafi, 2004 : 26).
2. Kontrasepsi
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan, upaya ini dpaat bersifat sementara dapat pula bersifat permanen (Prawirohardjo, Sarwono, 2002 : 905).
Kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma tersebut (BKKN, 1996 : 21).
3. Tujuan Keluarga Berencana
Tujuan Keluarga Berencana Nasonal di Indonesia adalah :
a. Tujuan Umum
Meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam rangka mewujudkan NKKBS (Normal Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang menjadi dasar terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin terkendalinya pertambahan penduduk.
b. Tujuan Khusus
- Meningkatkan jumlah penduduk untuk menggunakan alat kontrasepsi.
- Menurunnya jumlah angka kelahiran bayi.
- Meningkatnya kesehatan Keluarga Berencana dengan cara penjarangan kelahiran (Prawirohardjo, Sarwono, 2002 : 902).
4. Macam – macam Metode Kontrasepsi
a. Metode Sederhana
1) Tanpa Alat
- Metode Kalender (Ogino – Knaus)
- Metode Suhu Badan Basal (Termal)
- Metode Lendir Serviks (Billings)
- Coitus Interuptus.
2) Dengan Alat
a) Mekanis (Barier)
- Kondom pria
- Barier intra – vaginal
- Diafragma
- Kap Serviks (Cervical cap)
- Spons (Sponge)
- Kondom Wanita
b) Kimiawi
- Spermisid (vaginal cream, vaginal foam, vaginal jelly, vaginal suppositoria, vaginal tablet 1 busa, vaginal soluble film ).
b. Metode Modern
1). Kontrasepsi Hormonal
- Peroral (Pil Oral Kombinasi /POK, mini – pil, morning after pil).
- Injeksi / suntikan (1 bulan, 2 bulan, dan 3 bulan).
- Sub – Kutis (Implan atau alat kontrasepsi bawah kulit / AKBK)
2). Intra Uterine Devices / IUD/ AKDR/ Alat Kontrasepsi dalam rahim.
3). Kontrasepsi Mantap
- MOW (Medis Operatif Wanita)
- MOP (Medis Operatif Pria) (Hartanto, Hanafi, 2004 : 42)
5. Memilih Metode Kontrasepsi
Syarat –syarat yang harus dipenuhi oleh suatu metode kontrasepsi yang baik adalah :
- Aman/ tidak berbahaya
- Dapat diandalkan
- Sederhana, sedapat-dapatnya tidak usah dikerjakan oleh seorang Dokter.
- Murah
- Dapat diterima oleh orang banyak
- Pemakaian jangka lama (Continuation Rate Tinggi) (Hartanto, Hanafi, 2004 : 36)
Meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam rangka mewujudkan NKKBS (Normal Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang menjadi dasar terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin terkendalinya pertambahan penduduk.
b. Tujuan Khusus
- Meningkatkan jumlah penduduk untuk menggunakan alat kontrasepsi.
- Menurunnya jumlah angka kelahiran bayi.
- Meningkatnya kesehatan Keluarga Berencana dengan cara penjarangan kelahiran (Prawirohardjo, Sarwono, 2002 : 902).
4. Macam – macam Metode Kontrasepsi
a. Metode Sederhana
1) Tanpa Alat
- Metode Kalender (Ogino – Knaus)
- Metode Suhu Badan Basal (Termal)
- Metode Lendir Serviks (Billings)
- Coitus Interuptus.
2) Dengan Alat
a) Mekanis (Barier)
- Kondom pria
- Barier intra – vaginal
- Diafragma
- Kap Serviks (Cervical cap)
- Spons (Sponge)
- Kondom Wanita
b) Kimiawi
- Spermisid (vaginal cream, vaginal foam, vaginal jelly, vaginal suppositoria, vaginal tablet 1 busa, vaginal soluble film ).
b. Metode Modern
1). Kontrasepsi Hormonal
- Peroral (Pil Oral Kombinasi /POK, mini – pil, morning after pil).
- Injeksi / suntikan (1 bulan, 2 bulan, dan 3 bulan).
- Sub – Kutis (Implan atau alat kontrasepsi bawah kulit / AKBK)
2). Intra Uterine Devices / IUD/ AKDR/ Alat Kontrasepsi dalam rahim.
3). Kontrasepsi Mantap
- MOW (Medis Operatif Wanita)
- MOP (Medis Operatif Pria) (Hartanto, Hanafi, 2004 : 42)
5. Memilih Metode Kontrasepsi
Syarat –syarat yang harus dipenuhi oleh suatu metode kontrasepsi yang baik adalah :
- Aman/ tidak berbahaya
- Dapat diandalkan
- Sederhana, sedapat-dapatnya tidak usah dikerjakan oleh seorang Dokter.
- Murah
- Dapat diterima oleh orang banyak
- Pemakaian jangka lama (Continuation Rate Tinggi) (Hartanto, Hanafi, 2004 : 36)
Kontrasepsi hormonal
Kontrasepsi hormonal (progesteron) terkadang menimbulkan gangguan
menstruasi. Meski penggunanya haid, darah yang keluar sedikit dan tidak
teratur. Namun, dr Dwiana mengatakan, hal itu tidak berbahaya bagi kesehatan.• Pil KB
Pil KB dosis rendah adalah kontrasepsi yang aman untuk ibu menyusui karena mengandung hormon progesterone. Bila anda menginginkan kehamilan, penggunaan pil KB dapat dihentikan seketika.
Cuma, wanita pengguna pil KB harus taat waktu, yakni tidak boleh lupa meminum pil, setiap hari. Bila alpa, risikonya hamil. Karena itu, kontrasepsi ini kayaknya rada kurang diminati wanita aktif.
• Suntik KB
suntik KB memiliki ‘masa suntik’ bervariasi. Ada per satu bulan. Ada pula per tiga bulan. Untuk KB suntik per satu bulan, wanita menyusui harus waspada: Jangan menggunakan!. Pasalnya, menurut dr Dwiana Ocviyanti SpOG (K), suntik KB satu bulan mengandung unsur estrogen.
• Susuk KB (implant)
kontrasepsi hormonal yang aman untuk ibu menyusui karena mengandung progesteron, yakni susuk KB atau implant. Ini adalah kontrasepsi jangka panjang. Karena sekali ‘ditanam’ di bawah jaringan kulit, kontrasepsi ini akan berfungsi selama tiga tahun (satu batang), lima tahun (enam batang), dan tiga tahun (dua batang).
Kontrasepsi non hormonal
Bagi kaum wanita yang tidak ingin dibuat repot dan bertanya-tanya tentang efek samping kontrasepsi hormonal, kontrasepsi non hormonal bisa menjadi pilihan berikut.
• IUD
Dalam kelompok ini ada IUD. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) adalah sebutan lain IUD. Bentuk umum kontrasepsi ini adalah T.
Yang perlu diketahui, IUD dapat ‘ditanam’ di dalam rahim seorang ibu setelah enam minggu melahirkan. Bila belum menstruasi. Tak soal. IUD tetap dapat dipasang.
• Kondom
Kontrasepsi yang beredar dan mudah didapat adalah kondom. Walaupun program KB belum sepenuh hati mengakui kondom sebagai bagian dari program, jenis kontrasepsi ini belakangan semakin dikenal oleh masyarakat luas, sebagai alat penangkal HIV/AIDS.
Selain disuluhkan sebagai cara menjarangkan kehamilan, kondom juga disosialisasikan sebagai alat mencegah penularan penyakit menular seksual, termasuk HIV/AIDS.
Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)
Kontrasepsi ini umumnya digunakan oleh mereka yang benar-benar tidak menginginkan anak lagi, dengan batasan usia tertentu (di atas 40 tahun) atau sesuai anjuran dokter.
Kontrasepsi ini Berupa vasektomi dan tubektomi, yang secara awam dapat diartikan sebagai pengikatan saluran sperma dan indung telur. Dengan memakai teknologi terkini, proses jalannya operasi (operasi kecil) vasektomi/ tubektomi hanya memakan waktu tak lebih dari 10 menit. Pasien bisa langsung pulang.
Meski dengan ditemukannya sistem rekanalisasi (dibukanya ikatan pada saluran sperma atau indung telur), dunia medis belum begitu yakin kesuburan akan dapat pulih kembali. Karena itu, mereka yang menjatuhkan pilihan untuk menggunakan cara KB ini akan menjalani proses konsultasi ketat.
Kembali lagi, untuk dapat menentukan jenis kontrasepsi yang tepat untuk bunda dan pasangan, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter terkait.
Jika enggan memakai kontrasepsi, tidak dianjurkan menggunakan sistem kalender. Hal tersebut dikarenakan siklus haid yang belum teratur tidak menjamin sistem itu berjalan aman. Bisa-bisa gagal, dan rencana bunda untuk menunda memiliki momongan pun batal.
KESEHATAN
IBU DAN ANAK
Upaya kesehatan Ibu dan
Anak adalah upaya di bidang kesehatan
yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu
menyusui, bayi dan anak balita serta anak prasekolah.
Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA
merupakan upaya memfasilitasi masyarakat untuk membangun sistem kesiagaan
masyarakat dalam upaya mengatasi situasi gawat darurat dari aspek non klinis
terkait kehamilan dan persalinan
Sistem kesiagaan merupakan sistem
tolong-menolong, yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat, dalam hal
penggunaan alat transportasi/ komunikasi (telepon genggam, telpon rumah),
pendanaan, pendonor darah, pencatatan-pemantaun dan informasi KB.
Dalam pengertian ini tercakup pula
pendidikan kesehatan kepada masyarakat, pemuka masyarakat serta menambah
keterampilan para dukun bayi serta pembinaan kesehatan di taman
kanak-kanak.
Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan program kesehatan ibu dan
anak adalah tercapainya kemampuan hidup sehat melalui peningkatan derajat
kesehatan yang optimal bagi ibu dan keluarganya untuk atau mempercepat
pencapaian target Pembangunan
Kesehatan Indonesia yaitu Indonesia Sehat 2010, serta
meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang
optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatnya kemampuan ibu
(pengetahuan, sikap dan perilaku) dalam mengatasi kesehatan diri dan
keluarganya dengan menggunakan teknologi tepat guna dalam upaya pembinaan
kesehatan keluarga, Desa Wisma, penyelenggaraan Posyandu dan sebagainya.
b. Meningkatnya upaya pembinaan
kesehatan balita dan anak prasekolah secara mandiri di dalam lingkungan
keluarga, Desa Wisma, Posyandu dan Karang Balita, serta di sekolah TK.
c. Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan ibu
menyusui.
d. Meningkatnya mutu pelayanan
kesehatan bagi ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu menyusui, bayi dan anak
balita.
e. Meningkatnya kemampuan dan peran
serta masyarakat, keluarga dan seluruh anggotanya untuk mengatasi masalah
kesehatan ibu, balita, anak prasekolah, terutama melalui peningkatan peran ibu
dalam keluarganya.
Kegiatan
1. Pemeliharaan kesehatan ibu hamil
dan menyusui serta bayi, anak balita dan anak prasekolah.
2. Deteksi dini faktor resiko ibu
hamil.
4. Imunisasi Tetanus Toxoid 2 kali
pada ibu hamil serta BCG, DPT 3 kali, Polio 3 kali
dan campak 1 kali pada bayi.
5. Penyuluhan kesehatan meliputi
berbagai aspek dalam mencapai tujuan program KIA.
6. Pengobatan bagi ibu, bayi, anak
balita dan anak pra sekolah untuk macam-macam penyakit ringan.
7. Kunjungan rumah untuk mencari ibu
dan anak yang memerlukan pemeliharaan serta bayi-bayi yang lahir ditolong oleh
dukun selama periode neonatal (0-30 hari)
8. Pengawasan dan bimbingan kepada
taman kanak-kanak dan para dukun bayi serta
kader-kader kesehatan.
Sistem
kesiagaan di bidang KIA di tingkat masyarakat terdiri atas :
1. Sistem pencatatan-pemantauan
2. Sistem transportasi-komunikasi
3. Sistem pendanaan
4. Sistem pendonor darah
5. Sistem Informasi KB.
Proses Pemberdayaan Masyarakat
bidang KIA ini tidak hanya proses memfasilitasi masyarakat dalam pembentukan
sistem kesiagaan itu saja, tetapi juga merupakan proses fasilitasi yang terkait
dengan upaya perubahan perilaku, yaitu:
Upaya mobilisasi sosial untuk
menyiagakan masyarakat saat situasi gawat darurat,
khususnya untuk membantu ibu hamil saat bersalin.
2. Upaya untuk meningkatkan
partisipasi masyarakat dalam menurunkan angka kematian maternal.
3. Upaya untuk menggunakan
sumberdaya yang dimiliki oleh masyarakat dalam menolong perempuan saat hamil
dan persalinan.
4. Upaya untuk menciptakan perubahan
perilaku sehingga persalinan dibantu oleh tenaga kesehatan profesional.
5.Merupakan proses pemberdayaan
masyarakat sehingga mereka mampu mengatasi masalah mereka sendiri.
6. Upaya untuk melibatkan laki-laki
dalam mengatasi masalah kesehatan maternal.
7. Upaya untuk melibatkan semua
pemanggku kepentingan (stakeholders) dalam mengatasi masalah kesehatan.
Karena itu Pemberdayaan Masyarakat
bidang KIA ini berpijak pada konsep-konsep berikut
ini
Revitalisasi praktek-praktek
kebersamaan sosial dan nilai-nilai tolong menolong, untuk perempuan saat hamil
dan bersalin.
2. Merubah pandangan: persalinan
adalah urusan semua pihak, tidak hanya urusan perempuan.
3. Merubah pandangan: masalah
kesehatan tidak hanya tanggung jawab pemerintah tetapi merupakan masalah dan
tanggunjawab masyarakat.
4. Melibatan semua pemangku
kepentingan (stakeholders) di masyarakat.
5. Menggunakan pendekatan
partisipatif.
6. Melakukan aksi dan advokasi.
Siklus proses yang memberikan
masyarakat kesempatan untuk memahami kondisi mereka dan melakukan aksi dalam
mengatasi masalah mereka ini disebut dengan pendekatan belajar dan melakukan
aksi bersama secara partisipatif (Participatory Learning and Action -PLA).
Pendekatan ini tidak hanya memfasilitasi masyarakat untuk menggali dan
mengelola berbagai komponen, kekuatan-kekuatan dan perbedaan-perbedaan,
sehingga setiap orang memiliki pandangan yang sama tentang penyelesaian masalah
mereka, tetapi pendekatan ini juga merupakan proses mengorganisir masyarakat
sehingga mereka mampu untuk berpikir dan menganalisa dan melakukan aksi untuk
menyelesaikan masalah mereka. Ini adalah proses pemberdayaan masyarakat
sehingga mereka mampu melakukan aksi untuk meningkatkan kondisi mereka. Jadi,
ini merupakan proses dimana masyarakat merubah diri mereka secara individual
dan secara kolektif dan mereka menggunakan kekuatan yang mereka miliki dari
energi dan kekuatan mereka (Hartock, 1981).
Didalam konteks pembentukan sistem
kesiagaan, pertama-tama masyarakat perlu untuk memahami dan menganalisa kondisi
kesehatan mereka saat ini, seperti kondisi kesehatan ibu; kesehatan bayi baru
lahir, kesehatan bayi, pelayanan kesehatan, dan berbagai hubungan dan kekuasaan
yang memperngaruhi kondisi tersebut agar mereka mampu untuk melakukan aksi guna
memperbaiki kondisi tersebut berdasarkan analisa mereka tentang potensi yang
mereka miliki. Untuk memfasilitasi mereka agar berpikir, menganalisa dan
melakukan aksi, proses fasilitasi dan warga yang berperan melakukan fasilitasi
sangat diperlukan. Selain itu, warga yang berperan memfasilitasi masyarakatnya
membutuhkan pemahaman tidak hanya tentang konsep Pemberdayaan Masyarakat bidang
KIA tetapi juga membutuhkan pengetahuan dan keterampilan penggunaan metode dan
alat-alat partisipatif. Jadi, pendekatan yang diaplikasikan dalam Pemberdayaan
Masyarakat bidang KIA ini akan menentukan proses dan kegiatan berikutnya dalam
keseluruhan proses Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA ini.
Desa Siaga merupakan gambaran
masyarakat yang sadar, mau dan mampu untuk mencegah dan mengatasi berbagai
ancaman terhadap kesehatan masyarakat seperti kurang gizi, penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan
kejadian luar biasa, kejadian bencana, kecelakaan dan lain-lain dengan
memanfaatkan potensi setempat, secara gotong royong.
Selain sebagai upaya untuk lebih
mendekatkan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat, pengembangan Desa
Siaga juga mencakup upaya peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat
menghadapi masalah-masalah kesehatan, memandirikan masyarakat dalam
mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat. Inti dari kegiatan Desa Siaga
adalah memberdayakan masyarakat agar mau dan mampu untuk hidup sehat.
Memperhatikan tujuan dan ruang
lingkup pengembangan Desa Siaga tersebut, maka Pemberdayaan Masyarakat bidang
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan salah satu komponen yang penting dalam
pencapaian tujuan Desa Siaga dalam hal penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi.
Manajemen
Kegiatan KIA
Pemantauan kegiatan KIA dilaksanakan
melalui Pemantauan Wilayah Setempat – KIA
(PWS-KIA) dengan batasan :
Pemantauan Wilayah Setempat KIA
adalah alat untuk pengelolaan kegiatan KIA serta alat untuk motivasi dan
komunikasi kepada sektor lain yang terkait dan dipergunakan untuk pemantauan
program KIA secara teknis maupun non teknis.
Melalui PWS-KIA dikembangkan indikator-indikator
pemantauan teknis dan non teknis,
yaitu :
1. Indikator Pemantauan Teknis :
Indikator ini digunakan oleh para
pengelola program dalam lingkungan kesehatan yang
terdiri dari :
a. Indikator Akses
b. Indikator Cakupan Ibu Hamil
c. Indikator Cakupan Persalinan oleh
Tenaga Kesehatan
d. Indikator Penjaringan Dini Faktor
Resiko oleh Masyarakat
e. Indikator Penjaringan Faktor
resiko oleh Tenaga Kesehatan
f. Indikator Neonatal.
2. Indikator Pemantauan Non teknis :
Indikator ini dimaksudkan untuk motivasi
dan komunikasi kemajuan maupun masalah operasional kegiatan KIA kepada para
penguasa di wilayah, sehingga dimengerti dan mendapatkan bantuan sesuai
keperluan. Indikator-indikator ini dipergunakan dalam berbagai tingkat
administrasi, yaitu :
a.Indikator pemerataan pelayanan KIA
Untuk ini dipilih indikator AKSES
(jangkauan) dalam pemantauan secara teknis memodifikasinya menjadi indikator
pemerataan pelayanan yang lebih dimengerti oleh para penguasa wilayah.
b. Indikator efektivitas pelayanan
KIA :
Untuk ini dipilih cakupan (coverage)
dalam pemantauan secara teknis dengan memodifikasinya menjadi indikator
efektivitas program yang lebih dimengerti oleh para penguasa wilayah.
Kedua indikator tersebut harus
secara rutin dijabarkan per bulan, per desa serta dipergunakan dalam
pertemuan-pertemuan lintas sektoral untuk menunjukkan desa-desa mana yang masih
ketinggalan.
Pemantauan secara lintas sektoral
ini harus diikuti dengan suatu tindak lanjut yang jelas dari para penguasa
wilayah perihal : peningkatan penggerakan masyarakat serta penggalian sumber
daya setempat yang diperlukan.
SITU BAGENDIT
He lived in a village in West Java.
Nyai Bagendit have treasures abound.
However, he was very stingy and greedy.
He is also very arrogant, especially on the poor.
One day Nyai Bagendit held congratulations from his property increase.
When salvation is going on, there came a beggar.
The situation was very miserable beggar.
Her body is very thin and ragged clothes.
"Please Nyai, give slave a little food," the beggar begging.
Seeing old beggar dirty and frayed into his house, Nyai Bagendit was angry and drove beggar.
"Beggars dirty shameless, go you out of my house," snapped Nyai Bagendit.
With a sad beggar away.
The next day the people preoccupied with the appearance of a stick stuck in the village.
Everyone's trying to pull a stick.
But nothing worked.
Old beggar asking for a meal on Bagendit Nyai reappear.
Quickly he can revoke it sticks.
Immediately exit the shower water is very swift.
The longer the water was getting heavy.
Fearing floods, the villagers fled.
Nyai Bagendit a greedy miser and would not leave his house.
He was very fond of her fortune.
Finally, he sank along with their belongings.
Other residents survived.
It is said, that the origin of the lake later named Situ Bagendit.
farmakologi adalah ilmu yang mempelajari tentang segala aspek tentang obat.
biofarmasi adalah ilmu yang mempelajari tentang aspek formulasi obat.
fase biofarmasi dibagi menjadi 3 yaitu :
biofarmasi adalah ilmu yang mempelajari tentang aspek formulasi obat.
fase biofarmasi dibagi menjadi 3 yaitu :
- biofarmasi adalah fase dimana dari awal obat melepaskan zat aktif dalam obat sampai siap untuk di absorpsi.
- farmakokinetik adalah dimana tubuh memperlakukan obat.
- farmakodinamik adalah dimana obat memperlakukan tubuh.
- ketersediaan hayati
- ketersediaan biologi
- bioessay
- ketersediaan terpetik
- absorpsi
- distribusi
- metabolisme
- sekresi
- kimia
- fisika
- kompetisi
- faraneseptor
- oaral
- sublingual
- bucal
- ijneksi
- implantasi
- transdermail
- inhalasi
- rektal
- kausatif \
- subtitisif
- efek samping
- idiosinkrasi
- alergi
- fotosensitasi
- resistensi
- antagonisme
- sinergisme: fotensiasi, adisi.
Langganan:
Postingan